Header news

Membangun Ekosistem Digital Responsif Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui Riset Teknologi Cerdas Prof. Dr. Muhammad Faisal S.Kom., M.T

 

AfgNews – Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang kembali menorehkan prestasi akademik dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Ir. Muhammad Faisal, S.Kom., M.T., sebagai Guru Besar bidang ilmu Rekayasa Teknologi Informasi Cerdas pada Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam sidang terbuka yang berlangsung di Gedung Rektorat Lantai 5.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dr. Ir. Muhammad Faisal, S.Kom., M.T.,  mengangkat tema besar mengenai “Rekayasa Teknologi Informasi Cerdas untuk Membangun Ekosistem Digital Responsif Menuju Indonesia Emas 2045.” Beliau menekankan bahwa transformasi digital tidak hanya berdampak pada perubahan sistem sosial, tetapi juga menuntut lahirnya teknologi yang beretika, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Sebagai tanggapan terhadap tantangan disrupsi digital, kesenjangan akses, serta krisis etika teknologi, Prof. Faisal mengembangkan pendekatan rekayasa teknologi informasi cerdas yang memadukan kecerdasan buatan (AI), big data, Internet of Things (IoT), digital twin, hingga sistem berbasis NLP dan deep learning. Menurutnya, inovasi teknologi seharusnya mendukung pengambilan keputusan secara adaptif dan real-time yang tidak hanya mengandalkan efisiensi, tetapi juga mempertimbangkan kemanusiaan.

Dalam paparannya, beliau memperlihatkan peta risetnya yang luas, mulai dari pemodelan prediktif ketahanan pangan dengan ANN (Artificial Neural Network), klasifikasi terjemahan Al-Qur’an berbasis LSTM, pemantauan jamaah haji dengan sensor berbasis AIoT, hingga sistem rekomendasi berbasis analisis sentimen politik dan sosial.

Tidak berhenti di situ, Prof. Faisal juga mengembangkan enam pilar riset TI Cerdas, yakni: NLP Bahasa Indonesia, AI Multimodal, AI Ketahanan Pangan, AI Pendidikan Adaptif, AI Layanan Kesehatan, serta AI untuk Multimedia dan Game. Enam pilar ini menjadi fondasi dari roadmap teknologi menuju Indonesia Emas 2045, yang bertumpu pada nilai-nilai etika, keadilan sosial, dan keberlanjutan.

Sebagai penutup, beliau menegaskan bahwa rekayasa teknologi informasi harus menjadi bagian dari dakwah intelektual yang membawa ilmu dan kemanusiaan dalam satu tarikan napas. "Bukan hanya bidang keilmuan, namun juga jalan dakwah intelektual yang dengan itu saya berusaha menjadikan inovasi digital sebagai sarana kebermanfaatan sosial yang luas dan berkelanjutan.” tuturnya. Dengan komitmen kuat terhadap riset dan pengabdian, Prof. Faisal ingin menghadirkan teknologi bukan sekadar alat, tetapi sarana perubahan dan pemberdayaan umat.

Diberdayakan oleh Blogger.